Alasan Kenapa Sebaiknya Kamu Hapus Instagram

pexels.com

Instagram merupakan salah satu media sosial yang sangat populer di seluruh dunia saat ini. Sejak dirilis pertama kalinya pada Oktober 2010 hingga kini, sudah berlangsung selama 9 tahun, semakin banyak fitur-fitur menarik dan unik yang selalu diperbarui pihak Instagram. Hal ini membuat banyak orang, terutama anak muda di seluruh dunia semakin ‘menggilai’ Instagram, tak terkecuali di Indonesia.

Menurut data yang dihimpun oleh CupoNation pada 2019, Indonesia sendiri merupakan negara yang menduduki posisi ke-4 dengan total pengguna 56 juta atau 20.97 persen dari total populasi. Sedangkan, posisi pertama diduduki oleh Amerika Serikat sebanyak 110 juta pengguna atau 33.4 total populasi, kemudian Brazil sebanyak 66 juta penggunaatau 31.38 persen, dan India sebanyak 64 juta pengguna.

Data tersebut juga menyebutkan, bahwa pengguna Instagram terbanyak berada pada range usia antara 18 sampai 24 tahun untuk pria dan wanita. Artinya, apa yang tersebar di Instagram paling banyak mempengaruhi mental anak muda. Terlebih lagi, banyak penelitian menyebutkan, bahwa media sosial yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mental adalah Instagram. Wah, ngeri juga.

Oleh karena kesadaran ini, banyak orang yang sengaja rehat dari dunia media sosial guna fokus pada kehidupan nyata. Hal ini juga pernah dilakukan beberapa public figure, seperti Sarah Sechan yang menghapus akunnya pada 2017, Eva Celia yang menonaktifkan akunnya hingga batas waktu tertentu, Dinda Kirana, hingga Mulan Jameela.

Ada banyak alasan seseorang menonaktifkan akun Instagramnya. Pada kesempatan kali ini, akan kami jabarkan beberapa alasannya. Jika salah satunya kamu alami, maka mungkin sudah waktunya kamu menonaktifkan atau menghapus akun Instagram milikmu. Berikut ini beberapa alasan kenapa sebaiknya kamu hapus Instagram. Yuk, simak!

pexels.com

Membuang waktu sia-sia

Banyak sekali orang yang justru ‘kecanduan’ dan secara reflek melihat update di Instagram, mulai dari bangun tidur hingga akan tidur lagi. Apalagi semenjak ada fitur story, yang mana setiap detik kegiatan seolah wajib orang tahu. Tiap waktu senggang, pasti yang banyak orang lakukan adalah membuka Instagram. Akhirnya, waktu terbuang habis hanya untuk memperhatikan kehidupan orang lain.

Beresiko terkena FOMO

FOMO (Fear of Missing Out) adalah suatu kondisi seseorang takut dikatakan tidak gaul dan kudet (kurang update) akan  berita yang tersebar di media sosial. FOMO menyebabkan efek samping secara mental hingga psikologis. Jika kamu sudah merasa gampang cemas, tidak nyaman, dan risau karena tidak membuka Instagram, maka sebaiknya mulai cara menonaktifkan Instagram.

Beresiko terkena bullying

Cyber bullying adalah salah satu jenis bully yang belakangan santer terdengar dan membuat banyak orang khawatir. Bully di media sosial bisa berbentuk cacian dan makian pada kolom komentar yang banyak menimpa para selebriti tanah air. Efek perundungan siber lebih besar mengganggu mental, karena dibandingkan perundungan di dunia nyata, perundungan siber lebih sulit diantisipasi.

pexels.com

Lebih konsumtif

Di Instagram bukan hanya ada teman-teman atau keluarga kamu, melainkan juga banyak sekali akun-akun belanja dan promosi. Kamu dapat dengan mudah membeli sesuatu dari akun yang kamu follow atau mengingkan barang yang dimiliki teman Instagram-mu, yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan. Hanya saja, secara visual, beberapa barang menjadi begitu menarik dan merasa perlu dimiliki.

Merasakan kedekatan semu dengan banyak orang

Melalui Instagram, kamu jadi banyak tau tentang seseorang. Ini sebetulnya bisa jadi hal yang positif, karena teman atau keluarga yang jauh dapat dengan mudah Anda lihat aktivitasnya. Namun justru, semakin banyak yang kamu tahu, semakin banyak pula yang kamu tidak tahu. Sebab, lama kelamaan kita akan cepat menilai seseorang hanya dari apa yang mereka post pada Instagram.

Beresiko terkena ‘Mental Illness’

Selain FOMO, masih banyak penyakit mental yang rentan dialami karena pengaruh Instagram. Royal Society for Public Health merilis survei tentang efek media sosial terhadap kondisi kejiwaan anak muda usia 14–24 tahun. Hasilnya, Instagram adalah media sosial dengan efek terburuk bagi kesehatan mental. Kesehatan mental ini, meliputi narsistik, body dysmoorphic disorder, hingga depresi.

Setiap aktivitas dimonitor perusahaan raksasa teknologi

Kita sama-sama tahu, bahwa Instagram dan media sosial lainnya terhubung dalam satu perusahaan teknologi besar. Setiap mendaftar pada satu media sosial, kita pun diwajibkan untuk mengunggah data pribadi. Artinya, semua data kita tersimpan dan dipegang perusahaan tersebut. Cukup mengerikan.

Itulah alasan kenapa sebaiknya kamu hapus Instagram. Secara garis besar, semua ini guna membantu memberikan efek positif dan mengistirahatkan sementara atau permanen pikiran kamu dari hal-hal yang bisa saja mengganggu pikiranmu. Sebaliknya, kamu jadi bisa melakukan hal-hal produktif lainnya di kehidupan nyata yang mungkin selama ini terlewatkan.