Dandang Tembaga, Perabot Dapur Antik yang Masih Diminati

pixabay.com

Sebelum alat penanak nasi modern ditemukan, orang Indonesia, khususnya Jawa, memasak nasi menggunakan peralatan dapur tradisional yang disebut dandang. Pada umumnya, alat ini dibuat dari tembaga. Bagaimana cara menggunakan dandang tembaga, apa perbedaannya dengan dandang aluminium, dan bagaimana pula nasibnya sekarang? Simak ulasan berikut ini.

Penggunaan Dandang Tembaga dalam Kehidupan Sehari-hari

pixabay.com

Orang zaman dahulu menggunakan tungku untuk aktivitas memasaknya. Peralatan dapur yang digunakan pun disesuaikan dengan tungku ini. Untuk memasak nasi, misalnya, digunakan dandang dari bahan tembaga karena tebal, panasnya merata, dan jelaga yang menempel mudah dibersihkan.

Dandang tembaga memiliki bentuk yang sangat khas. Bagian bawahnya cembung dan lebar, mengecil di bagian tengah, lalu kembali melebar di bagian atasnya. Selain untuk menanak nasi, alat tradisional ini juga sering digunakan untuk mengukus bahan makanan lain, seperti singkong, ubi, dan lainnya.

Biasanya dandang tembaga dibuat dengan tinggi sekitar 60 cm atau bahkan lebih. Karena ukurannya yang relatif besar inilah, dandang dari tembaga biasanya digunakan untuk menanak nasi dalam jumlah besar saat ada hajatan pernikahan, khitanan, atau lainnya. Ada juga dandang yang berukuran lebih kecil, meskipun jarang ditemukan.

Dandang merupakan salah satu jenis kerajinan tembaga yang dahulu sangat dikenal luas di kalangan masyarakat Jawa dan Sunda. Untuk menggunakan dandang, dibutuhkan alat lain sebagai berikut.

  • Kukusan: anyaman bambu berbentuk kerucut yang diletakkan di atas dandang dengan bagian yang runcing diletakkan di bagian bawah. Kukusan berfungsi untuk meletakkan beras yang akan ditanak.
  • Penyaton: terbuat dari tempurung kelapa berdiameter 10 cm yang dilengkapi lubang-lubang kecil. Fungsinya adalah agar beras tidak langsung terkena air dalam dandang dan uap naik ke atas sehingga nasi matang merata.
  • Kekeb: penutup kukusan yang juga terbuat dari anyaman bambu.
  • Soleb: batang panjang yang terbuat dari bambu atau kayu yang berfungsi untuk mengaduk nasi sehingga nasi matang merata.

Begitu akrabnya dandang dalam kehidupan sehari-hari orang Jawa sehingga di daerah Parangtritis dan Imogiri, Bantul, Yogyakarta, ada mitos yang sangat dipercaya berkaitan dengan dandang.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika seseorang sedang memasak nasi menggunakan dandang lalu dandangnya terguling, orang tersebut harus diruwat  agar terhindar dari malapetaka. Namun, kini mitos tersebut sudah mulai menghilang seiring berkurangnya penggunaan dandang dari tembaga.

Perbedaan Dandang Tembaga dan Dandang Aluminium

Karena bahannya tebal sehingga lebih awet dan tidak mudah bocor, harga dandang tembaga pun relatif mahal. Itulah sebabnya, masyarakat perlahan-lahan mulai beralih ke dandang aluminium yang lebih murah.

Dandang aluminium atau yang biasa disebut soblok memiliki beberapa perbedaan dengan dandang dari tembaga sebagai berikut.

  • Bahannya lebih tipis sehingga lebih mudah bocor dan penyok jika jatuh atau terbentur.
  • Berbentuk silinder dengan diameter yang sama dari bawa ke atas, tidak mengecil di tengah seperti dandang.
  • Dilengkapi angsang, yaitu lembaran aluminium yang berlubang-lubang kecil dan berfungsi seperti kukusan.
  • Memiliki tutup yang juga dibuat dari aluminium dan bisa dipasang rapat pada dandang.

Keberadaan Dandang Tembaga di Zaman Modern

pixabay.com

Seiring perkembangan zaman, perabot tradisional pun semakin jarang digunakan dan digantikan oleh peralatan yang lebih modern. Hal yang sama pun terjadi pada dandang tembaga. Setelah sebelumnya tergeser oleh dandang aluminium, kini rice cooker telah menggantikan fungsi dandang untuk memasak nasi.

Meski demikian, ada sebagian masyarakat Jawa dan Sunda yang masih memiliki perabot dapur tradisional ini. Biasanya mereka mendapatkannya secara turun-temurun dari orang tua atau leluhurnya. Bahannya yang kuat dan awet membuat dandang tetap dalam kondisi baik, meski sudah sering digunakan dan usianya cukup tua.

Semakin jarangnya penggunaan dandang berbahan tembaga juga menjadi berkah tersendiri bagi para pemilik atau pengrajinnya. Pasalnya, perabot jadul itu kini menjadi barang antik yang kembali banyak dicari sehingga memiliki harga jual yang tinggi. Tidak mengherankan jika pada tahun 1970-an, dandang tembaga menjadi salah satu barang yang banyak dijumpai di kantor-kantor pegadaian.

Saat ini, dandang bisa ditemukan di tempat-tempat pembuatan kerajinan tembaga atau pasar-pasar tradisional, seperti Pasar Beringharjo dan Pasar Gedhe di Yogyakarta dan Pasar Klewer di Surakarta. Kebanyakan orang membeli dandang antik dari tembaga ini untuk dipakai, sebagai benda koleksi, atau untuk mendekorasi ruangan, seperti di restoran, kafe, atau hotel dan penginapan.

Sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, dandang tembaga memiliki nilai historis dan budaya yang penting. Meski kini jarang digunakan, keberadaannya tetap penting sebagai salah satu peninggalan leluhur yang layak dilestarikan.